Barru-getarnews.com Miniatur Rumah Adat Kabupaten Barru “Bola Pitue” yang menggambarkan ada tujuh (7) Kecamatan di daerah tersebut, kini kondisinya memprihatinkan. Padahal Bola Pitue sejak awal dirancang, selain sebagai representasi rumah adat bugis Barru, juga merupakan manifestasi dari sebuah perjalanan panjang karya arsitektur rumah adat Bugis Barru.
Sayang ekspektasi yang besar terhadap Taman Bola Pitue, untuk menjadikannya potret budaya Bugis Barru, sehingga bisa menjadi destinasi wisata belum dapat terwujud. Padahal sebelumnya Taman Bola Pitue sudah mulai digunakan oleh berbagai instansi/organisasi serta komunitas menggelar berbagai event sekaligus memanfaatkan bola Pitue sebagai tempat menginap.
Sebenarnya menurut warga yang berada disekitar Taman Bola Pitue, sebelum covid 19 Bola Pitue terbilang tidak pernah sepi kegiatan. Namun pasca covid kegiatan di tempat itu mulai berkurang. Mungkin salah satu faktor penyebab karena beberapa sarana dan fasilitas yang ada sudah mulai rusak, selain peruntukan bola Pitue sudah tidak sesuai lagi dengan konsep awal.
Perjalanan investigasi jurnalistik getarnews.com, Senin, (6/10/2025) memberikan justifikasi bahwa Taman Bola Pitue, sudah saatnya mendapatkan perhatian serius. Itu jika pemerintah daerah masih menginginkan Bola Pitue tetap hadir menjadi potret peradaban dan karya orang Bugis Barru dari segi arsitektur rumah tempat tinggal.
Apa Yang Rusak & Perlu Diperbaiki Atau Ditata Ulang.
Yang perlu mendapatkan perhatian utama adalah, Baruga tempat pertemuan outdoor yang fasilitasnya telah rusak seperti, dua tangga sisih kanan dan kiri sudah tidak ada, pengelola hanya menggunakan tangga besi sementara, itupun pinjaman.Selain itu, pembatas kiri dan kanan Baruga pertemuan sudah banyak yang lepas, sehingga tidak aman untuk kegiatan seperti ulang tahun anak-anak, atap depan dan fasilitas pertemuan seperti meja dan kursi sudah tidak menarik.

Sementara rumah adat yang melambangkan tujuh Kecamatan yang ada di Kabupaten Barru kondisinya juga memprihatinkan. Dari tujuh (7) rumah adat empat (4) yang sudah tidak layak disewakan. Itupun digunakan tiga (tiga) Rumah oleh Polairud (Pos Angkatan Laut) untuk sementara. Artinya tinggal tiga (3) yang bisa disewakan, karena 1 (satu) Rumah juga digunakan sementara oleh pengelola atau yang menjaga Bola Pitue.
Kolam ikan yang ada sebagai penghias Bola Pitue, begitupun jogging track sudah tidak terawat, termasuk taman bunga dan Gasebo yang ada didalam kondisinya sudah tidak layak.
Menurut pengelola sudah beberapa bulan terakhir, Baruga pertemuan jarang digunakan, termasuk orang yang menginap di bola Pitue, “syukur kalau 1 atau 2 orang tamu yang menginap atau menggunakan Baruga pertemuan dalam satu Bulan,” Tutur Pampang yang diberi tanggung jawab mengelola/menjaga Bola pitue dan pusat kuliner yang ada di Pantai Padongko.
“Jika tidak ada tamu, maka pengelola yang rugi karena harus menanggung voucher listrik, sementara pemasukan dari jasa kuliner pantai Padongko hanya bisa menutupi operasional seperti voucher listrik, kebersihan,” jelas dia.
Karena itu, dirinya berharap Bola Pitue mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah untuk dibenahi, agar kembali ramai dikunjungi warga, “mungkin dengan jalan seperti itu, baru bisa ada PAD,” harap Pampang yang rumahnya tidak jauh dari Bola Pitue.
Berdasarkan data yang diperoleh getarnews.com Taman Rumah Adat Bola Pitue, terakhir dibenahi pada tahun 2017 karena Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo saat itu menggunakan Rumah Adat Bola Pitue untuk istirahat dan ada prosesi jamuan dari bupati Barru Suardi Saleh di Baruga pertemuan sebelum menghadiri hari jadi kab. Barru.
